RENUNGAN, STANDAR KE-SALAFI-AN

      Ada sebagian orang membuat standar kesalafian begitu sederhana. Hal-hal yang dijadikan standar itu bukanlah value utama seseorang disebut “Salafi” yaitu mengikuti Al-Qur’an, As-Sunnah, dan pemahaman salafush shalih, tapi kesesuaian dengan mau dan kulturnya mereka.
Perbedaan pandangan fiqih pun sampai dijadikan sebab seseorang dikeluarkan dari zona salafi. Jelas, ini kezaliman terhadap manhaj salaf itu sendiri. Semoga yang seperti ini hanyalah perilaku orang-orang awamnya, yang baru kembali kepada agama, namun begitu nge-joss sehingga dia mudah membuat "branding" kepada dirinya dan orang lain.
_Di antaranya adalah:_
📌 Seorang salafi tidak boleh isbal, jika isbal maka bukan salafi. #Padalah Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengatakan mayoritas ulama tidak mengharamkan Isbal, kecuali jika dibarengi kesombongan. demikian pula pendapat Imam Ibnu Taimiyyah dalam Syarhul ‘Umdah bahwa Isbal haram jika disertai kesombongan.
📌 Seorang salafi kalau turun dari ruku’ ke sujud adalah tangan dulu, bukan lutut dulu. #Padahal mayoritas ulama mengatakan lutut dulu, baru kedua tangan. Ini tenar di kitab-kitab fiqih. Harusnya, Salafi sejati bersikap lapang dada dalam permasalahan furu’ (fiqih yang diperselisihkan).
📌 Salafi itu kalau wirid tidak pakai tasbih, pakai tasbih itu bid'ah. # Padahal Imam As-Suyuthi mengatakan sejak masa salaf dan khalaf manusia menggunakannya, dan tidak memakruhkannya, bahkan Syaikh Bin Baaz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Shalih Al-Fauzan, membolehkannya.
📌 Salafi itu tidak menasihati pemimpin secara terang-terangan, kalau terang-terangan maka khawarij. # Padahal para masyayikh (Ulama) Salafiyyin sendiri membolehkan menasihati secara terang-terangan jika memang membawa maslahat, seperti fatwa Syaikh Utsaimin dalam Liqo’ Baabil Maftuh, Syaikh Abdullah Al-Qu'ud, Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi’i, dan lainnya. Dan, para salaf pun melakukannya; tercatat dalam tinta sejarah.
📌 Salafi itu kalau warna pakaian muslimahnya gelap-gelap saja, hitam-hitam.., kalau warna warni maka bukan akhwat salafiyah # Padahal masa Nabi dijumpai para sahabiyah dan istri Nabi yang memakai pakaian berwarna warni seperti merah, hijau, kuning, dan sebagainya, tentu hitam juga (namun tidak mesti).
Dan masih banyak lagi .., tentu yang lebih unik adalah jika standar ke-salafi-an adalah jika seseorang sudah rajin mendengar kajian dari radio X, majalah X, ustadz X .. jika sudah seperti itu maka secara zahir sudah masuk standar komunitas .., ada pun ustadz-ustadz lain yang tidak masuk daftar, maka bukan termasuk salafi, betapa pun dia begitu semangat mengikuti ajaran Salaf.
Perilaku 'ashabiyah dan hizbiyyah (fanatik kekelompokan) seperti ini tentu amatlah buruk, baik bagi pelakunya, juga bagi umat Islam secara umum. Benih perpecahan dan buruk sangka kepada sesama umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjadi subur. Al-Wala’ (Loyalitas) yang syar'i adalah kepada Allah, Rasul, dan orang-orang beriman .. jangan diganti menjadi: Allah, Rasul, dan _*“saudara sekelompok sepengajian”*_ ..
📌 Resistensi yang sangat ketat, barikade dan proteksi fikrah, membuat seolah standar kebenaran hanya ada pada kelompoknya, yang lain tidak.
📌 Ketika berbagai elemen umat bersatu melawan si Penista Al-Quran, mereka sibuk sendiri dan nyinyir terhadap gerakan umat Islam ..
📌 Diakui atau tidak, suka atau tidak, ini yang terjadi .., dan semoga ini hanya terjadi pada oknum-oknum saja.
Laa haula walaa quwwwata illa biillah
✍ *Ustadz Farid Nu'man Hasan Hafizhahullah.*
Repost by:
👥 “Cahaya Salaf Group”
☘🌷🌺🌴💥🌻🍃🌸

Related Posts:

0 Response to "RENUNGAN, STANDAR KE-SALAFI-AN"

Posting Komentar